Discovery learning adalah model pembelajaran yang menekankan pada sebuah penemuan yang dilakukan oleh peserta didik secara aktif.
Model pembelajaran ini terjadi ketika peserta didik dapat mengelompokkan berbagai informasi, melakukan penyelidikan, memecahkan masalah, dan menghasilkan penemuan secara mandiri.
Nah, jika kamu ingin tahu lebih lanjut tentang apa itu discovery learning, silakan simak pembahasan lengkapnya berikut ini.
Daftar Isi:
- Pengertian Discovery Learning
- Jenis Model Discovery Learning
- Ciri-Ciri Discovery Learning
- Sintak Discovery Learning
Pengertian Menurut Para Ahli
Berikut adalah pengertian discovery learning menurut para ahli.
1. J. Bruner
Discovery learning adalah bagian dari model konstruktif berbasis penyelidikan, sebagai upaya menyelesaikan sebuah permasalahan dengan cara memanfaatkan pengalaman sebelumnya dan mengkaitkannya dengan pengetahuan yang ada untuk mendapatkan fakta atau kebenaran.
2. Asmui
Discovery learning adalah metode untuk mengembangkan pembelajaran peserta didik aktif dengan melakukan penemuan dan penyelidikan secara mandiri, di mana hasil yang diperoleh tidak akan mudah dilupakan oleh peserta didik.
3. Kurniasih
Discovery learning adalah proses pembelajaran yang disajikan melalui proses pengorganisasian pengetahuan yang dilakukan peserta didik secara mandiri.
Discovery sendiri merupakan cara menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan dan percobaan.
Baca Juga: Mengenal 20 Macam Metode Pembelajaran
Jenis Discovery Learning
Model pembelajaran discovery learning dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu Guide Discovery Learning dan Free Discovery Learning,
1. Guide Discovery Learning
Jenis ini merupakan model pembelajaran berbasis penemuan terbimbing dengan melibatkan peserta didik secara aktif dan guru sebagai fasilitator.
2. Free Discovery Learning
Jenis ini adalah model pembelajaran berbasis penemuan yang dalam prosesnya tidak melibatkan guru.
Jenis penemuan ini memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam melakukan aktivitasnya selama pembelajaran.
Guru hanya sebatas mengawasi setiap aktivitas peserta didik dan memberikan saran ketika aktivitas tersebut mulai keluar dari konteks pembelajaran.
Baca Juga: Model Pembelajaran Blended Learning
Ciri-Ciri Discovery Learning
Ciri-ciri model pembelajaran discovery learning adalah sebagai berikut:
1. Berpusat Pada Siswa
Dalam model pembelajaran ini, ciri yang paling menonjol adalah siswa diberikan kesempatan untuk melakukan penyelidikan, penemuan, serta penyelesaian masalah secara aktif dan mandiri.
Guru mengambil peran sebagai pembimbing dan fasilitator selama pembelajaran berlangsung.
Secara umum aktivitas pembelajaran dikendalikan oleh peserta didik secara mandiri.
2. Adanya Kegiatan Eksplorasi dan Pemecahan Masalah
Sebagai bentuk pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, pada praktiknya akan banyak kegiatan ekplorasi dan problem solving yang dilaksanakan secara mandiri.
Kegiatan eksplorasi menjadi bagian dari pemecahan masalah selama proses belajar berlangsung.
Jadi, melalui model ini, akan terlihat peserta didik yang lebih aktif mengeksplorasi berbagai hal yang berkaitan dengan materi pelajaran.
3. Adanya Kegiatan Mengasosiasikan Pengetahuan yang Sudah Dimiliki
Ciri yang satu ini akan memberikan hasil output (keluaran) yang lebih bermakna.
Peserta didik akan diarahkan untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan atau pengalaman yang sudah dimilikinya.
Dengan begitu, peserta didik akan memiliki kesempatan untuk memperoleh pengetahuan secara utuh dan tidak terpisah-pisah.
Baca Juga: Mengenal 6 Macam Gaya Belajar
Sintak Discovery Learning
1. Stimulation
Pada tahap awal model pembelajaran ini, guru dapat memulainya dengan memberikan stimulus pada peserta didik.
Sebagai guru kamu dapat melakukan kegiatan stimulus dengan cara memberikan beberapa pertanyaan terkait meteri ajar untuk mendorong peserta didik berpikir dan antusias dalam materi ajar tersebut.
Proses stimulus juga dapat dilakukan dengan berbagai media, seperti tayangan video, gambar, atau mengajak peserta didik melakukan observasi langsung terhadap fenomena yang berkaitan dengan materi belajar.
Nah, jangan lupa juga untuk memberikan tayangan video atau kegiatan observasi yang menarik, sehingga menimbulkan rasa penasaran yang tinggi pada peserta didik.
Hal tersebut akan meningkatkan ketertarikan dan minat peserta didik untuk melakukan penyelidikan secara mandiri.
2. Problem Statement
Setelah mendapatkan stimulus yang baik, peserta didik diharapkan bisa mengumpulkan beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan sebagai permasalahan yang akan diselesaikan melalui kegiatan penyelidikan.
Dari banyaknya pertanyaan yang muncul, mungkin tidak semua dapat dijadikan sebagai masalah yang dapat diselesaikan.
Kamu harus memberikan kesempatan pada peserta didik untuk melakukan identifikasi masalah yang sesuai dengan pembelajaran.
Dari situ, pastikan terdapat satu permasalahan yang relevan dengan materi belajar.
Permasalahan tersebut nantinya akan menjadi fokus penyelidikan dan selanjutnya dirumuskan dalam bentuk rumusan masalah.
Dalam tahap ini peserta didik juga diarahkan untuk membuat hipotesis dari masalah-masalah tersebut.
3. Data Collection
Selanjutnya, dalam kegiatan eksplorasi, peserta didik diarahkan untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber yang sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Data yang dikumpulkan dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, koran, internet, dan sebagainya.
Agar dapat membuktikan hipotesis, data yang dikumpulkan haruslah relevan dengan masalah yang ditemukan.
Bentuk pengumpulan data tidak hanya terbatas pada satu cara.
Peserta didik dapat melakukan berbagai cara, seperti melakukan eksperimen langsung, membaca literatur yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, melakukan wawancara, melakukan observasi, dan sebagainya.
Baca Juga: Teknik Pengumpulan Data
4. Data Processing
Tahapan berikutnya adalah mengolah data yang sudah terkumpul.
Pengolahan data dapat dilakukan dengan cara menganalisis, mengklasifikasikan, mentabulasikan, atau dengan membuat tafsiran data dengan tingkat kepercayaan tertentu.
Perlu diperhatikan, data yang sudah terkumpul haruslah diolah sesuai dengan jenis datanya.
Jika kebingungan, peserta didik dapat meminta bantuan guru untuk menentukan jenis datanya.
Hasil pengolahan ini akan memberikan gambaran jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, sehingga dapat diprediksi hipotesisnya akan diterima atau ditolak.
5. Verification
Dalam tahap ini, kamu dapat mengarahkan peserta didik untuk membuat pembuktian pada hipotesis yang telah diajukan.
Peserta didik bisa melakukan pembuktian dengan cara mengaitkan data yang telah diperoleh dan diolah dengan konsep atau teori yang sudah ada sebelumnya.
Jika data temuan peserta didik sesuai dengan konsep atau teori yang ada, maka dapat dikatakan bahwa hipotesis yang diajukan dapat diterima.
Tahapan ini cukup penting karena dari tahap inilah dapat dilihat keberhasilan proses eksplorasi yang dilakukan oleh peserta didik.
Baca Juga: Mengenal Metode Pendekatan Saintifik
6. Generalization
Kamu dapat mengarahkan peserta didik untuk membuat simpulan sebagai tahap akhir pada model discovery learning.
Dari rangakaian kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, diharapkan peserta didik mampu membuat kesimpulan dari proses penyelidikan tersebut.
Kesimpulan yang dibuat harus memuat permasalahan dan hasil pemecahannya sesuai dengan data yang telah dikumpulkan.
Kamu dapat membimbing peseta didik untuk membuat generalisasi dari hasil penemuannya (berlaku untuk kejadian dan masalah yang sama).
Proses generalisasi ini pun tetap harus memperhatikan hasil dari tahap verification.
Baca Juga: Model Pembelajaran Kooperatif
Nah, itulah penjelasan tentang model pembelajaran discovery learning.
Metode ini bisa kamu terapkan dalam segala jenis bidang studi, khususnya yang berkaitan dengan sains, seperti matematika, fisika, biologi, dll.
Jika ada pertanyaan tentang discovery learning, kamu bisa bertanya melalui kolom komentar di bawah ini.
Sekian, semoga bermanfaat.